Berapa banyak orang yang kehidupannya mampu ditunjang oleh bumi? “Kemampuan daya tunjang” bumi berkaitan dengan tiga faktor: (1) sumber daya yang tersedia, (2) tingkat kemajuan teknologi, dan (3) standar hidup orang. Sebagai contoh, sebuah perkiraan menyatakan bahwa dengan tingkat kemjuan teknologi yang dicapai dewasa ini, seluruh dunia hanya mampu menunjang sebanyak 1 milyar orang yang berstandar hidup Amerika (Murdock, 1975, hal. 461-462). Jadi, seandainya seluruh penduduk dunia mengikuti pola standar hidup Amerika, maka tiga hari dari setiap orang harus ‘disingkirkan’.
Para penganut teori aliran Malthus-Baru berpandangan bahwa teori Malthus tidaklah salah, hanya premature. Sumber daya dunia memang terbatas. Kita tidak berdaya menciptakan lebih banyak tanah, air, batubara, atau minyak. Memang benar kita tidak akan kehabisan minyak secara mendadak, seperti habisnya minyak dlaam sebuah tangki. Lading-ladang minyak yang luas mudah diketemukan, sehingga pada akhirnya banyak pengeboran minyak menjadi kering. Akibatnya, biaya eksplorasi dan pengeborannya meningkat terus sampai oada usatu titik di mana biaya untuk memperoleh minyak menjadi lebih mahal daripada energi yang diberi oleh minyak itu.
Skenario di atas berlaku pada kebanyakan sumber daya: pembiayaan meningkat karena sumber daya utama telah berkurang, sehingga sumber daya yang bermutu rendah harus digunakan. Luas tanah pertanian yang du=igunakan semakin meningkat dibandingkan dengan luas tanah yang digunakan sebelumnya. Namun demikian, mutu tanah pertanian semakin menurun karena adanya erosi (Eckholm, 1979). Deforestasi (pembukaan hutan) dan pengembalaan ternak secara berlebihan di padang rumput telah memperluas padang pasir dunia sekitar 14 juta are (acre) per tahun – suatu tingkat kelajuan yang mampu merusak sepertiga dari tanah subur kita dalam jangka waktu dua puluh lima tahun (Rensberger, 1977). Keadaan ‘kekurangan minyak’ pernah berubah menjadi ‘kelimpahan minyak’ sementara, karena konservasi dan resesi dunia menurunkan permintaan (demand) minyak, sementara itu haraga yang tinggi mendorong eksplorasi meningkatkan persediaan (suplai). Terlepas dari itu, untuk prospek jangka panjang akan terulang lagi keadaan kekurangan minyak dengan harga yang tinggi.
Demikianlah penyajian yang sangat singkat menyangkut faktor-faktor yang mendorong para penganut aliran ‘hari kiamat’ sehingga mereka meramalkan akan adanya malapetaka yang berupa kekurangan, kelaparan, perang, revolusi, wabah, dan kekacaubalauan. Mereka mengatakan bahwa memang laju pertumbuhan penduduk berlangsung lambat, tetapi jika dihitung menurut jumlah penambahan manusia, maka jumlahnya lebih besar daripada apa yang pernah terjadi. Tanpa adanya laju penurunan tingkat pertumbuhan secara cepat, ramalan tentang akan terjadinya kematian massal akan terbukti kebenarannya dalam beberapa dasawarsa mendatang (Mesarovic dan Pestel,1974; Laszlo, dkk., 1977; Catton, 1980; Webb dan Jacobsen, 1982).
Para penganut aliran ‘optimis’ mengemukakan bahwa ramalan ‘hari kiamat’ semacam itu tidak benar dan selalu saja akan salah (Vajk, 1979; Paarlberg, 1980). Orang-orang optimis yakin bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi mampu mengadakan pengganti bahan-bahan yang langka, menyuburkan tanah-tanah yang terkena erosi, dan memenuhi kebutuhan yang meningkat yang merupakan akibat dari adanya penambahan penduduk (Kahn, 1976, 1979, 1982; Simon, 1981,1981a; 1981b). Pertumbuhan penduduk, menurut Simon (1981a), bukanlah merupakan suatu ancaman, karena pertumbuhan tersebut emningkatkan jumlah orang-orang berotak cerdas yang akan menciptakan teknologi baru.
Perdebatan tersebut memang tajam; namun demikian, terdapat pula kenayataan yang tidak bisa dibantah. Pertama, laju pertumbuhan penduduk dewasa ini tidak boleh dibiarkan berlangsung begitu saja. Pada suatu saat di masa datang, tingkat petumbuhan penduduk jelas akan sangat menurun; kalau bukan karena adanya penurunan pesat dalam segi pertumbuhan penduduk, terobosan hebat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi harus cepat dilakukan secepatnya untuk menghindari malapetaka. Di kalangan orang optimis, yang meramalkan akan adanya terobosan semacam itu, tidak terdapat ilmuwan-ilmuwan pengetahuan alam yang terkenal.
Sumber: Horton B Paul, Chester L Hunt, Sosiologi (Jakarta, Penerbit Erlangga, 1999).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar