Demografi meliputi komposisi kelompok usia dan kelompok jenis kelamin penduduk, perpindahannya di dalam suatu negara atau antarnegara, dan laju pertumbuhan penduduk.
Dalam banayak hal komposisi kelompok jenis kelamin penduduk mempengaruhi kehidupan sosial penduduk mempengaruhi kehidupan sosial penduduk. Perubahan komposisi kelompok usia terutama disebabkan oleh perubahan tingkat kelahiran yang dewasa ini menaikkan jumlah orang usia lanjut dan menurunkan jumlah anak-anak di banyak negara. Penurunan jumlah pemuda di negara-negara industri dapat mengurangi tingkat kejahatan dan tingkat pengangguran pemuda. Kenaikan jumlah orang usia lanjut juga mengurangi jumlah pekerja dan menimbulkan biaya pension yang tinggi.
Migrasi dipengaruhi oleh dorongan terhadap oenduduk karena adanya keadaan yang tidak memuaskan di negara sendiri, karena adanya daya tarik kesempatan menarik di tempat lain, dank arena adanya saluran-saluran atau jalan yang memungkinkan penduduk untuk berimgrasi.
Tingkat kelahiran cenderung bervariasi ketergantungannya dengan status sosial. Namun demikian, di Amerika Serikat pada tahun-tahun terakhir ini tingkat kelahiran orang miskin dan orang kulit hitam (untuk semua klasifikasi jumlah penghasilan) mengalami penuruna tajam.
Malthus mengemukakan bahwa pertumbuhan penduduk cenederung mengurangi persediaan pangan, menciptakan kelebihan penduduk, dan penderitaan, kecuali jika orang mampu mengendalikan pertumbuhan penduduk dengan cara menunda perkawinan.
Para penganut teori Malthus-Baru mengemukakan bahwa meskipun ramalan Malthus yang buram itu mungkin saja masih bersifat premature, namun pada dasarnya ramalan itu benar. Para penganut teori anti-Malthus berpandangan bahwa sumber daya dunia masih cukup untuk jumlah penduduk yang lebih besar. Para penganut aliran Marxis dan beberapa penganut teori anti-Malthus beranggapan bahwa eksploitasilah yang merupakan peneyebab utama kelaparan dunia, bukannya kelebihan penduduk. Transisi demografi yang terjadi di negara-negara Barat menunjukkan adanya perubahan dari masa yang tingkat kelahiran dan tingkat kematiannya ke masa keseimbangan yang ditopang oleh tingkat kelahiran dan tingkat kematian yang rendah. Belum bisa dipastikan apakah negar-negara sedang berkembang juga akan mengalami transisi demografi semacam itu.
Kebijakan kependudukan dapat berciri pronatalis, antinalis, atau gabungan dari keduanya. Kebijakan pronatalis menghargai keluarga besar dan melarang atau membatasi penggunaan kontrasepsi, sterilisasi, dan aborsi. Kebijakan antinatalis menghargai orang yang memiliki keluarga kecil, dan menyediakan kemudahan-kemudahan untuk memperoleh kontrasepsi, serta mungkin pula aborsi.
Prospek masa depan kependudukan belum bisa terlihat jelas. Negara-negara industri, termasuk Amerika Serikat, cenderung mengarah ke tingkat kependudukan yang stabil dan disertai oleh proses penyesuaian yang tidak menyenangkan.
Walaupun negara-negara sedang berkembang masih memiliki laju pertumbuhan yang cepat, namun tingkat pertumbuhannya sedang mengalami penurunan. Bilamana upaya pengendalian jumlah penduduk berhasil, maka jumlah penduduk dunia pada akhirnya mungkin akan stabil, yakni ketika jumlahnya mencapai dua kali lipat dari jumlah penduduk dunia dewasa ini. Masalah apakah kelak kita akan mengalami keadaan kependudukan yang stabil ataukah malapetaka, belumlah dapat dipastikan.
Sumber: Horton B Paul, Chester L Hunt, Sosiologi (Jakarta, Penerbit Erlangga, 1999).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar