Kelas sosial lahir sebagai akibat dari adanya pembagian jenis pekerjaan. Kelas sosial terdiri atas orang-orang yang memiliki status sosial yang sama dan saling menilai satu sama lainnya sebagai anggota masyarakat yang sederajat. Setiap kelas sosial merupakan suatu subkultural yang memiliki sejumlah sikap, kepercayaan, nilai, dan norma perilaku yang berbeda dengan kelas sosial lainnya. Kelas sosial seseorang ditentukan oleh totalitas kedudukan sosial dan ekonominya dalam masyarakat, termasuk kekayaan dan penghasilan, jenis pekerjaan, pendidikan, identifikasi diri, prestise keturunan, partisipasi kelompok, dan pengakuan oleh orang lain. Garis batas kelas sosial tidak dapat dipahami secara jelas, karena hanya merupakan titik-titik pada garis kontinum (rangkaian kesatuan) status sosial. Jumlah anggota kelas sosial yang sebenarnya pun sulit ditentukan. Subkultur kelas sosial menyiapkan anak-anak untuk dapat mempertahankan status irang tua mereka.
Kelas sosial adalah kenyataan sosial yang penting. Ia sangat menentukan masa depan dan mewarnai perkembangan kepribadian seseorang. Kebahagiaan seseorang tidak tergantung pada kekayaan masyarakat, tetapi berkaitan dengan keberadaannya sebagai salah seorang yang termasuk dalam kelompok orang kaya di dalam masyarakatnya. Para penganut teori fungsional berpandangan bahwa kelas sosial menentukan hak-hak istimewa dan tanggung jawab para indivisu. Dengan cara demikian, beban tugas yang dianggap perlu dapat diselesaikan. Para ahli teori konflik menolak pandangan yang menyatakan bahwa hak-hak istimewa kelas sosial bersifat “fungsional”. Mereka malah menilai hak-hak tersebut sebagai sesuatu yang bersifat eksploitatif (dapat digunakan sebagai alat penindas).
Subkultur kelas sosial menumbuhkan etnosentrisme kelas sosial yang menghambat adanya pengertian tibal-balik di antara semua kelas sosial. Nilai-nilai standar yang ditulis dalam bentuk hukum sebagian besar diambil dari nilai-nilai standar kelas sosial menengah dan nilai-nilai tersebut diterima sebagai moralitas konvensional. Banyak perbedaan yang biasanya dikaitkan dengan keberadaan kelompok ras, kelompok agama, kelompo etnik, atau jenis kelompok lainnya sebenarnya merupakan perbeaan-perbedaan kelas sosial; hal yang membingungkan ini timbul karena sebenarnya kelompok ras, kelompok agama dan kelompok lainnyadapat saja tersebar secara tidak merata pada kelas sosial.
Kelas sosial membentuk pola-pola hidup individu; kelas sosial rendah cenderung bersikap liberal dalam kegiatan politik yang berkaitan dengan keuntungan ekonomis, namun bersikap konservatif dalam menerima perubahan sosial lainnya. Kecenderungan sikap tersebut berlaku terbalik di kalangan kelas sosial atas. Kelas sosial yang dianggap sebagai “kelas sosial baru” terdiri atas pejabat pemerintah dan orang-orang yang pekerjaannya berkaitan dengan bidang komunikasi. Golongan elit komunikasi tersebut memperoleh penghasilan yang bertaraf kelas sosial atas, namun tingkah laku sosial dan sikap politiknya lebih bersifat liberal daripada golongan elit dunia usaha.
Perhatian ilmu pengetahuan dewasa ini telah bergeser dari teori pertentangan kelas sosialnya Marx ke upaya individu utnuk mencapai mobilitas sosial dan upaya untuk mengurangi jurang perbedaan di anatar kelas-kelas sosial. Perbedaan kelas sosial belum dihapuskan dalam masyarakat sosialis. Masyarakat komunis bukanlah masyarakat yang menerapkan sistem kelas sosial yang sangat berbeda.
Sumber: Horton B Paul, Chester L Hunt, Sosiologi (Jakarta, Penerbit Erlangga, 1999).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar