Total Tayangan Halaman

Rabu, 17 Maret 2010

STRATIFIKASI SOSIAL

Pada dasarnya Tuhan menciptakan manusia dengan derajat yang sama. Namun, kenytaan yang terjadi di masyarakat menunjukkan adanya penghargaan yang berbeda terhadap kelompok individu berdasarkan kelebihan yang dimilikinya. Kelebihan itu dapat berupa kekayaan. Kekuasaan, keturunan (kehormatan), dan pendidikan. Adanya penilaian yang berbeda dari suatu kelompok terhadap kelompok lain berrdasarkan sesuatu yang dianggap lebih, mengakibatkan suatu pola pengelompokkan masyarakat yang disebut sebagai stratifikasi sosial atau palapisan sosial. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa stratifikasi sosial adalah pembedaan atau pengelompokkan masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial secara bertingkat.

FAKTOR PENYEBAB STRATIFIKASI SOSIAL


Stratifikasi sosial dapat muncul dengan sendirinya sebagai akibat dari proses yang terjadi dalam masyarakat. Faktor-faktor penyebabnya adalah kemampuan atau kepandaian, umur, fisik, jenis kelamin, sifat keaslian keanggotaan masyarakat, dan harta benda. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki fisik yang kuat dapat melindungi orang yang lemah, dan orang yang pandai dan bijaksana akan dijadikan pemimpin dalam masyarakat. Dengan demikian, akan terbentuk lapisan masyarakat berdasarkan kemampuan tertentu.

SISTEM STRATIFIKASI YANG PERNAH ADA DI INDONESIA

Sistem Stratifikasi Sosial dalam Masyarkat Pertanian

Berdasarkan kepemilikan tanah, masyarakat pertanian dapat dibagi atas tiga lapisan;
1. Lapisan tertinggi, yaitu kaum petani yang memeiliki tanah pertanian dan rumah.
2. Lapisan Menengah, yaitu kaum petani yang tidak memiliki tanah pertanian, namun memiliki tanah pekarangan dan rumah.
3. Lapisan terendah, yaitu kaum petrani yang tidak memiliki tanah pertanian dan pekarangan untuk rumah.

Pelapisan sosial masyarakat pertanian berdasarkan criteria ekonomi;
1. Lapisan pertama yang terdiri dari kaum elit desa yang memilki cadangan pangan dan pengembangan usaha.
2. Lapisan kedua yang terdiri dari orang yang hanya memiliki cadangan pangan saja.
3. Lapisan ketiga yang terdiri dari orang yang tidak memilki cadangan pangan dan cadangan usaha, dan mereka bekerja untuk memnuhi kebutuhan konsumsi perutmya agar tetap hidup.

Masyarkat pertanian pada umumnya masih menghargai peran pembuka tanah (cikal bakal), yaitu orang yang pertama kaliu membuka hutan untuk dijadikan tempat tinggal dan lahan pertanian. Cikal bakal dan keturunannya merupakan golongan elite di desanya. Biasanya mereka menjadi sesepuh atau golongan yang dituakan. Golongan kedua sesudah cikal bakal diduduki oleh pemilik tanah atau orang kaya, tetapi bukan keturunan cikal bakal. Mereka dapat memilki banyak tanah dan kayak arena keuletan dan kemampuan lainnya. Kelompok kedua ini disebut dengan kuli kenceng. Golongan ketiga adalah petani yang hanya memiliki tanah sedikit dan hanya cukup untuk dikonsumsi sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan lainnya ia harus bekerja di sector lain, seperti berdagang kecil-kecilan. Kelompok ini disebut dengan kuli kendo. Sedangkan golongan sector keempat adalah orang yang tidak memiliki tanah, namun bekerja di sector pertanian. Kelompok ini sering disebut buruh tani.

Kelompok cikal bakal merupakan kelompok masyarakat yang jumlah anggotanya sangat sedikit. Sedangkan kelompok buruh tanui merupakan kelompok terbesar dalam startifikasi masyarakat pertanian di Jawa.

Pelapisan sosial masyarakat pertanian di luar Jawa, seperti di pedalam Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, dan Papua juga memiliki criteria berbeda dengan petani di Pulau Jawa. Hal inui disebabkan oleh kondisi lahan pertanian di luar Jawa yang masih luas. Akibatnya, maslah pemilikan tanah pun tidak terlalu dominant. Penentuan criteria status seseorang yang dihargai sangat tergantung padsa kemampuan orang dalam mengelola lahan pertaniannya, seperti jenis tanaman yang memilki nilai ekonomi yang tinggi, cara atau teknik penanaman, serta sarana transportasi hasil pertanian.

Kondisi masyarakat pertanian di luar Jawa sangat beragam, sehingga untuk menentukan sistem stratifikasi sosial masyarakatnya sangatlah beragam pula,. Namun, secara umum orang yang memiliki tanah yang luas dengan pengelolaan pertanian yang maju serta lapisan paling tinggi. Kemudian diikuti kelompok masyarakat lain, seperti petani dan buruh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar