Trgaedi luapan Lumpur panas di lading eksplorasi migas PT Lapindo Brantas di Sidoarjo berpotensi menimbulkan konflik sosial. Konflik yang dikhawatirkan muncul tidak hanya sebatas konflik horizontal, tetapi juga konflik vertical. Demikian dinyatakan anggota legislative asala Jawa timur, Soeripto, dalam Diskusi Publik dengan tema ‘Tragedi Lumpur Panas Sidoarjo, Mencari Solusi Tepat dan Cepat’ yang digelar Kelompok Komisi VII Fraksi PKS, Rabu (22/11) di Gedung Nusantara II DPR RI, Jakarta.
Berdasarkan hipotesa psikologis sosial, kata Soeripto, masyarakat yang frustasi akan cenderung bertindak agresif. Terlebih musim hujan sudah dekat. Banjir bandang yang akan terjadi di Sidoarjo dan sekitarnya akan menambha warga semakin frustasi. ”Potensi gejolak sosial akan sangat besar akibat penderitaan mereka yang tak kunjung berakhir,” katanya. Menurut politisi PKS yang duduk di Komisi I ini, fenomena munculnya konflik sudah terlihat. Dia mencontohkan konflik antarwarga di beberapa desa seperti Siring dan Renokenongo akibat keberadaan tanggul. Satu kelompok keluarga menghendaki tanggul tersebut, sementara warga yang lainnya tidak karena merasa dirugikan. Kejadian lain yang juga bisa menggambarkan potensi konflik dalam paparan Soeripto terjadi di Desa Kedungbendo dan renokenongo. Di sana masyarakat berselisih paham mengenai besaran ganti rugi yang diberikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar